Strategi
dan Teknologi Informasi
dalam
Pembabaran Dhamma
Pendahuluan
Seiring
dengan perkembangan zaman banyak terjadi pembaharuan dari tingkah laku masyarakat
terutama dengan teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan sebuah
kebutuhan baru bagi masyarakat luas. Tanpa mengetahui teknologi informasi dapat
dikatakan sebagai masyarakat yang ketinggalan zaman dan cenderung lebih suka
menutup diri. Zaman modern yang semakin mudah untuk melakukan segala sesuatu
melalui teknologi informasi menuntut masyarakat untuk hidup sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi. Bukti bahwa teknologi informasi berkembang
sangat cepat adalah sekarang anak-anak sekolah dasar pun sudah dapat mengakses
internet, memiliki handphone, ipad, dan sebagainya.
Dalam
kehidupan sehari-hari teknologi informasi sangat dibutuhkan untuk memudahkan
segala bentuk kegiatan yang dilakukan. Dengan teknologi informasi dapat di akses lebih cepat dan lebih
mudah pula untuk menyampaikan informasi. Salah satunya adalah metode pembabaran
Dhamma dengan media interaktif ( dalam bentuk powerpoint, gambar, video )
maupun lewat sosial media ( facebook, twitter, blog ). Hal ini akan memudahkan
seorang dharmadhuta atau penceramah untuk membabarkan Dhamma dengan
bantuan-bantuan point-point yang sudah di tuliskan, dan juga memudahkan pula
seorang pendengar mencerna informasi yang disampaikan, serta membuat tidak merasa
bosan karena tidak hanya mendengarkan namun juga melihat. Salah satu vihara
yang sudah menerapkan metode ini adalah vihara di daerah Serpong yaitu Vihara
Siripada rata-rata mengundang penceramah yang sudah menggunakan media
interaktif untuk berceramah. Menyampaikan pesan-pesan melalui sosial media juga
sangat baik, karena semua masyarakat khususnya umat Buddha sudah banyak yang
menggunakan sosial media sebagai sumber pencarian informasi.
Di
lain pihak tidak semua penceramah menggunakan teknologi informasi sebagai media
pendukung untuk membabarkan Dhamma. Mereka masih menggunakan metode ceramah dengan
bahasa yang berbelit-belit, yang membuat orang merasa bosan, mengantuk, dan apa
yang disampaikan tidak dapat diterima.
Beda generasi yang
menyebabkan hal ini terjadi. Bila kelahirannya di bawah tahun 70-an maka menjadi
orang yang kurang mengerti teknologi informasi, namun apabila lahir sekitar
80-an ke atas dapat dikatakan mereka yang sudah mengerti teknologi informasi. Sebagai pendengar yang terdiri banyak orang
memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Seperti halnya dengan gaya
belajar setiap orang berbeda-beda ada yang auditori, verbal, dan kinestetik.
Gaya belajar ini yang mempengaruhi tingkat pemahaman setiap orang berbeda-beda.
Dengan berceramah saja akan menguntungkan yang suka mendengarkan, namun juga
semua tidak seperti itu malah justru banyak yang mengantuk. Dengan menggunakan
media yang interaktif diharapkan pendengar tidak bosan dan pesan yang di
sampaikan dapat dipahami.
Pembahasan
Sebelum
membahas lebih dalam mengenai teknologi informasi sebagai media pembabaran
Dhamma, perlu diketahui apa yang sebenarnya dimaksud dengan teknologi
informasi. Menurut Abdul Kadir (2003: 2) mengatakan bahwa “ teknologi informasi
baik secara implisit maupun eksplisit tidak sekedar berupa teknologi komputer,
tetapi juga mencakup teknologi telekomunikasi. Dengan kata lain, yang disebut
teknologi informasi adalah gabungan antara teknologi komputer dan teknologi
komunikasi.” Hal ini dijelaskan bahwa teknologi informasi merupakan suatu
gabungan antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi. Teknologi komputer
adalah seperangkat peralatan yang digunakan untuk mengubah data menjadi suatu
informasi yang dapat menjadi bahan dalam pengambilan keputusan. Data-data yang
dapat diolah oleh perangkat komputer dapat berupa angka maupun gambar.
Sedangkan teknologi komunikasi adalah teknologi yang berupa komunikasi yang
berhubungan dengan jarak jauh ( misalnya telepon, radio, dan televisi).
Komputer dapat mengolah data menjadi informasi seperti komunikasi lisan maupun
tulisan, dan dengan komputer pula hal itu dapat diakses. Jadi teknologi
komputer dan teknologi komunikasi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan
hal ini seorang penceramah diharapkan dapat mengoperasikan teknologi komputer
untuk membuat media yang diperlukan untuk berceramah.
Setelah
mengetahui apa itu teknologi informasi, juga diperlukan suatu strategi pengajaran
atau teknik untuk membabarkan Dhamma. Pembabaran Dhamma juga perlu mengunakan
strategi, karena kebanyakan orang dengan model-model ceramah yang monoton akan
membuat pendengarnya merasa bosan dan apa pesan yang ingin disampaikan itu
tidak dapat di serap, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal yang harus
diketahui dari penceramah adalah pendengarnya itu anak-anak, remaja, dewasa,
atau manula. Dengan mengetahui hal ini seorang penceramah mampu memilih tema
ceramah yang disesuaikan dengan usia dan karakter dari setiap pendengar. Seorang
pengajar Tom Barwood (2011: 25) menyimpulkan bahwa cara seseorang menerima
materi yang diperoleh yaitu yang pertama mencatat bagaimana cara memasukkan
informasi, kedua menyimpan bagaimana membuat informasi melekat, ketiga
mengingat bagaimana memastikan bisa mengingat informasi ketika di butuhkan.
Dari hal ini sudah jelas bahwa materi yang disampaikan perlu dicatat, disimpan,
dan diingat. Apabila materi yang disampaikan saja sulit dipahami, membuat bosan
dan mengantuk bagaimana bisa orang yang mendengarkan ini akan mencatat,
menyimpan, dan mengingatnya. Mengajarkan Dhamma bukan hanya dengan berceramah
saja, namun seorang penceramah sekreatif mungkin menyampaikan Dhamma itu dengan
sederhana namun mengenai pokok pembahasannya.
Sang
Buddha sendiri mengajarkan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
membabarkan Dhamma. Dalam Anggutara Nikaya III, 184 bahwa pembabaran Dhamma
hendaknya :
1. Diterangkan
selangkah demi selangkah, tidak meloncat-loncat atau menyingkat bagian-bagian
sehingga akan mengurangi artinya.
2. Diberikan
alasan-alasan sehingga membuat pendengar atau pembaca mengerti.
3. Didasari
metta (cinta kasih), sehingga
memiliki harapan semoga para pendengar atau pembaca dapat memetik faedah
pembabaran Dhamma tersebut.
4. Tidak
bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri.
5.
Tidak sambil memuji diri sendiri dan
merendahkan orang lain.
Dalam hal ini sudah sangat jelas bahwa
membabarkan Dhamma itu harus menggunakan strategi dan memperhatikan hal-hal di
atas agar pokok ajaran yang disampaikan itu mudah untuk diterima oleh pendengar
atau pembaca. Setelah pendengar mengetahui inti dari ajaran-ajaran yang
disampaikan itu diharapkan orang yang mendengarkan mendapatkan inspirasi dan
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembabaran Dhamma dihubungkan dengan
teknologi informasi akan lebih mudah untuk mengakses informasi atau Dhamma yang
disampaikan lebih menarik. Seorang penceramah harus mengetahui tentang
teknologi informasi, karena zaman sekarang teknologi informasi itu sangat
penting dan dibutuhkan. Apabila seorang seorang penceramah tidak mengkreasikan
bahan ceramahnya dengan menggunakan teknologi informasi maka dapat dikatakan
ceramahnya dalam bahasa kerennya garing. Maksudnya
ceramahnya tidak enak untu didengar, monoton, membuat mengantuk. Sebaiknya
ketika berceramah itu didukung dengan teknologi komunikasi misalnya dalam
bentuk powerpoint, gambar-gambar, video, maupun menulis yang berhubungan dengan
Dhamma dan di publikasikan di sosial media. Dalam kenyataannya ada sebagian
penceramah menerapkan hal ini dan memberikan manfaat, ketika pendengar
mendengarkan ceramah tidak mengantuk, justru lebih antusias dan rata-rata orang
zaman sekarang sudah menggunakan sosial media sebagai sumber informasi sehingga
sangat efektif apabila teknologi informasi digunakan sebagai media pembabaran Dhamma.
Penutup
Membabarkan
Dhamma tidak hanya dengan ceramah, namun harus disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Apabila membabarkan Dhamma dengan berceramah saja akan membuat pendengar
merasa bosan dan mengantuk sehingga apa yang disampaikan tidak dipahami atau
mengerti oleh pendengar. Pemanfaatan teknologi informasi sebagai media pendukung
pembabaran Dhamma sangat diperlukan untuk membantu proses pembabaran Dhamma.
Penggunaanya meliputi powerpoint, gambar-gambar, video, maupun melalui sosial
media. Hal ini cukup dikatakan efisien untuk mempermudah penyampain Dhamma.
Alangkah
baiknya para penceramah yang belum menggunakan teknologi informasi sebagai
media yang membantunya, segera mencari informasi mengenai teknologi informasi
dan mempelajarinya. Setelah itu mempraktekkan membabarkan Dhamma teknologi
informasi sebagai medianya. Pembabaran Dhamma yang tidak monoton berceramah
saja sekarang yang lebih di senangi oleh masyarakat sekarang.
Daftar
Pustaka
Barwood, Tom. 2011. Strategi Belajar. Erlangga: Jakarta
Kadir, Abdul dan Terra CH.
Triwahyuni. 2003. Pengenalan Teknologi
Informasi. Penerbit Andi:Yogyakarta
Samaggi
Phala ( Y.M. Uttamo Thera). Cara
Menbabarkan Dhamma, diakses di http://www.buddhistonline.com/tanya/td154.shtml
pada tanggal 18 November 2014
Trimakasih sepi ilut,, artikel yang bermanfaat buat sy,, jadi tau maksudnya buddhisme dan modernisasi.... temanya spt tema tugas paper sy... bisa tambah referensi.. heheheh :)
BalasHapus