Pendidikan
merupakan penentu kepribadian, karakter, moral, dan majunya suatu bangsa.
Proses pendidikan berawal dari belum bisa menjadi bisa, dari belum tahu menjadi
tahu baik itu kearah positif maupun negatif. Hal ini ditunjukan dengan dari
pendidikan anak kecil yang pada saat lahir tidak dapat bicara, berjalan dan
tidak dapat melakukan aktivitas-aktivitas karena mereka mendapatkan pendidikan
dari orang tua maka mereka dapat melakukan semuanya.
Pendidikan
yang paling utama pembentukan karakter adalah pendidikan dari keluarga, namun
pendidikan yang selanjutnya yang tidak kalah pentingnya bagi kehidupan adalah
pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah adalah pendidikan yang mencakup
berbagai bentuk pendidikan dari ilmu pengetahun, budi pekerti, spiritual,
pembentukan karakter, keterampilan dan sebagainya. Pendidikan di sekolah tidak
terlepas dari pola pendidikan, kurikulum pendidikan, sistem pendidikan, karena
hal-hal inilah yang digunakan sebagai pedoman atau cara melakukan pembelajaran
agar mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendidikan
di perkotaan dan daerah menggunakan kurikulum yang sama yang diperlakukan
nasional di negara Indonesia ini, namun pola pendidikan, metode pendidikan, dan
sistem pendidikannya yang berbeda. Hal ini disebabkan tingkat pemahaman atau
mengartikan apa yang dimaksudkan tujuan kurikulum yang diterapkan bagi suatu
daerah itu berbeda-beda. Di daerah perkotaan lebih mudah mendapatkan informasi
di bandingkan dengan daerah, sehingga mereka lebih memahami maksud dan tujuan
kurikulum yang diperlakukan pada saat itu.
Pendidikan
di daerah rata-rata dari golongan keluarga menengah kebawah, bahkan kebanyakan
dari keluarga yang kurang mampu. Sehingga perkembangan pendidikan di daerah
juga setinggi kemampuan perekonomian rata-rata masyarakat di daerah itu.
Pendidikan di daerahpun hanya sebatas pendidikan sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, dan sekolah menengah atas yang jumlahnya masih relatif
sedikit, perguruan tinggi pun ada namun kualitas pendidikannya pun tak sebagus
dengan perguruan tinggi di kota.
Salah
satu contoh pendidikan di daerah kabupaten Pati, provinsi Jawa Tengah,
khususnya di daerah Pati bagian utara yang menjadi daerah pesisir dan
pegunungan. Di Pati kota, pendidikannya sudah lebih maju dan berkembang
ketimbang di daerah bagian utara, karena sudah banyak terdapat sekolah
unggulan, lulusannya banyak yang diterima di perguruan tinggi yang bagus, dan
siswanya pun banyak yang dari luar daerah Pati. Banyak pula perguruan tinggi
dari berbagai jenis pendidikan seperti kesehatan, TIK, dan agama.
Pendidikan
di daerah Pati bagian utara masih mengikuti pola pendidikan, metode pendidikan,
serta sistem pendidikan yang terdahulu walaupun sudah ada kurikulum baru.
Rata-rata guru di daerah ini adalah guru-guru yang sudah tua yang melakukan pembelajaran
mash seperti zamannya dulu dan tidak dapat mengikuti perkembangan zaman. Mereka
mengajar dengan sistem mencatat buku sampai habis, atau menjelaskan materi
sambil dibacakan dari buku. Cara ini menyebabkan kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan karena kurangnya penjelasan yang mendetail
terhadap apa maksud materi yang di sampaikan. Masih ada guru yang galak dan disiplin adalah guru yang
paling ditakuti oleh siswa.
Pembagian
jurusan terkadang juga tidak sesuai dengan kemampuan siswa, waktu tes IQ
cocoknya di IPS, namun pada saat penjurusan dimasukkan ke IPA. Pembagian kelas
pun tidak sama rata, khusus anak-anak yang pintar di jadikan satu kelas,
misalnya kelas A dan B, kemudian kelas selanjutnya biasa-biasa saja. Hal ini
menyebabkan kesenjangan hasil belajar, anak-anak yang pintar akan semakin
pintar dan anak-anak yang biasa tidak akan pernah berkembang. Anak-anak yang
pintar akan menjadi sorotan karena prestasinya bagi guru-guru dan setiap
kegiatan akan mengandalkan merekan, dan anak-anak yang biasa saja menjadi
sorotan kenakalannya dan guru tidak memberikan kesempatan mereka untuk
melakukan kegiatan misalnya perlombaan. Dengan pemilihan sepihak inilah yang
akan mengkerdilkan kemampuan anak-anak yang biasa saja.
Kemajuan
sekolah di daerah ini juga ditentukan oleh peraturan atau kebijakan dari pihak
sekolah itu sendiri. Pihak guru maupun kepala sekolah memiliki kekuasaan yang
paling tinggi, dan para siswa harus menuruti apa saja aturan yang ditetapkan
pihak sekolah dan siswa tidak dapat menyampaikan aspirasi mereka. Di sisi lain
kepala sekolah yang menjadi pimpinan tertinggi di sekolah itu menjadi contoh
atau panutan bagi perkembangan dan kemajuan sekolah tersebut. Salah satu
contohnya di salah satu SMA negeri memiliki kepala sekolah yang sangat
disiplin, rapi, peduli dengan lingkungan, dan mampu memberikan contoh terhadap
yang lain, sekolah itu menjadi maju dan setiap ada perlombaan mendapatkan yang
terbaik. Pada saat pergantian kepala sekolah, kepala sekolahnya ini tidak dapat
memberikan contoh yang baik, sekolah ini semakin menurun kualitasnya.
Telah
diketahui bahwa pendidikan di Indonesia ini diatur dengan kurikulum yang
diperlakukan secara nasional. Dari contoh pendidikan di daerah dan di kota
jelas memiliki kualitas pendidikan yang berbeda, karena pemahaman tentang
maksud kurikulum itu berbeda. Di daerah pola, metode,dan sistem pembelajaran
masih sangat sederhana di bandingkan dengan di kota yang lebih maju, namun
standar pendidikannya diseragamkan. Informasi-informasi juga lebih gampang
didapat di kota daripada daerah karena terhambat oleh kondisi jarak dengan
pusat informan serta kurangnya sosialisasi di daerah. Hal ini menimbulkan
kesenjangan pendidikan, yang di kota menjadi semakin baik, dan di daerah
semakin buruk.
Semua
sekolah pasti menginginkan sekolahnya menjadi sekolah yang baik, sekolah yang
maju dan sekolah yang menghasilkan siswa-siswa yang pintar. Namun mereka
memiliki kendala kurangnya pengalaman dan pemahaman mereka terhadap pola,
metode, dan sistem pendidikan seperti apa yang membuat keberhasilan suatu
pendidikan. Pihak sekolah dapat mengakalinya dengan cara yang curang, misalnya
pada saat ujian nasional memberikan bocoran jawaban kepada siswanya agar semua
siswa dapat mengerjakan dan lulus semua. Apabila siswanya banyak yang tidak
lulus maka akan menurunkan nilai jual bagi sekolah tersebut, serta menunjukan
bahwa pendidikan di daerah pun bisa berhasil seperti apa yang ada di kota.
Dari
permasalahan berawal dari kurikulum yang di berlakukan di seluruh wilayah
Indonesia, padahal setiap daerah ini memiliki karakter yang berbeda-beda.
Dengan pemaksaan seperti ini akan menyebabkan kecurangan-kecurangan yang
menimbulkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Saran yang dapat di
sampaikan adalah seharusnya setiap daerah memiliki kurikulum yang berbeda yang
disesuaikan dengan daerahnya masing-masing namun masih menggunakan pedoman
acuan yang ditetapkan secara nasional. Dengan bertujuan untuk menyetarakan
pendidikan di Indonesia agar tidak terjadi kesenjangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar