Selasa, 18 November 2014

Buddhisme dan Modernisasi



Strategi dan Teknologi Informasi
dalam Pembabaran Dhamma
Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman banyak terjadi pembaharuan dari tingkah laku masyarakat terutama dengan teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan sebuah kebutuhan baru bagi masyarakat luas. Tanpa mengetahui teknologi informasi dapat dikatakan sebagai masyarakat yang ketinggalan zaman dan cenderung lebih suka menutup diri. Zaman modern yang semakin mudah untuk melakukan segala sesuatu melalui teknologi informasi menuntut masyarakat untuk hidup sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Bukti bahwa teknologi informasi berkembang sangat cepat adalah sekarang anak-anak sekolah dasar pun sudah dapat mengakses internet, memiliki handphone, ipad, dan sebagainya.
Dalam kehidupan sehari-hari teknologi informasi sangat dibutuhkan untuk memudahkan segala bentuk kegiatan yang dilakukan. Dengan teknologi  informasi dapat di akses lebih cepat dan lebih mudah pula untuk menyampaikan informasi. Salah satunya adalah metode pembabaran Dhamma dengan media interaktif ( dalam bentuk powerpoint, gambar, video ) maupun lewat sosial media ( facebook, twitter, blog ). Hal ini akan memudahkan seorang dharmadhuta atau penceramah untuk membabarkan Dhamma dengan bantuan-bantuan point-point yang sudah di tuliskan, dan juga memudahkan pula seorang pendengar mencerna informasi yang disampaikan, serta membuat tidak merasa bosan karena tidak hanya mendengarkan namun juga melihat. Salah satu vihara yang sudah menerapkan metode ini adalah vihara di daerah Serpong yaitu Vihara Siripada rata-rata mengundang penceramah yang sudah menggunakan media interaktif untuk berceramah. Menyampaikan pesan-pesan melalui sosial media juga sangat baik, karena semua masyarakat khususnya umat Buddha sudah banyak yang menggunakan sosial media sebagai sumber pencarian informasi.
Di lain pihak tidak semua penceramah menggunakan teknologi informasi sebagai media pendukung untuk membabarkan Dhamma. Mereka masih menggunakan metode ceramah dengan bahasa yang berbelit-belit, yang membuat orang merasa bosan, mengantuk, dan apa yang disampaikan tidak dapat diterima.
Beda generasi yang menyebabkan hal ini terjadi. Bila kelahirannya di bawah tahun 70-an maka menjadi orang yang kurang mengerti teknologi informasi, namun apabila lahir sekitar 80-an ke atas dapat dikatakan mereka yang sudah mengerti teknologi informasi.  Sebagai pendengar yang terdiri banyak orang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Seperti halnya dengan gaya belajar setiap orang berbeda-beda ada yang auditori, verbal, dan kinestetik. Gaya belajar ini yang mempengaruhi tingkat pemahaman setiap orang berbeda-beda. Dengan berceramah saja akan menguntungkan yang suka mendengarkan, namun juga semua tidak seperti itu malah justru banyak yang mengantuk. Dengan menggunakan media yang interaktif diharapkan pendengar tidak bosan dan pesan yang di sampaikan dapat dipahami.
Pembahasan
Sebelum membahas lebih dalam mengenai teknologi informasi sebagai media pembabaran Dhamma, perlu diketahui apa yang sebenarnya dimaksud dengan teknologi informasi. Menurut Abdul Kadir (2003: 2) mengatakan bahwa “ teknologi informasi baik secara implisit maupun eksplisit tidak sekedar berupa teknologi komputer, tetapi juga mencakup teknologi telekomunikasi. Dengan kata lain, yang disebut teknologi informasi adalah gabungan antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi.” Hal ini dijelaskan bahwa teknologi informasi merupakan suatu gabungan antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi. Teknologi komputer adalah seperangkat peralatan yang digunakan untuk mengubah data menjadi suatu informasi yang dapat menjadi bahan dalam pengambilan keputusan. Data-data yang dapat diolah oleh perangkat komputer dapat berupa angka maupun gambar. Sedangkan teknologi komunikasi adalah teknologi yang berupa komunikasi yang berhubungan dengan jarak jauh ( misalnya telepon, radio, dan televisi). Komputer dapat mengolah data menjadi informasi seperti komunikasi lisan maupun tulisan, dan dengan komputer pula hal itu dapat diakses. Jadi teknologi komputer dan teknologi komunikasi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan hal ini seorang penceramah diharapkan dapat mengoperasikan teknologi komputer untuk membuat media yang diperlukan untuk berceramah.
Setelah mengetahui apa itu teknologi informasi, juga diperlukan suatu strategi pengajaran atau teknik untuk membabarkan Dhamma. Pembabaran Dhamma juga perlu mengunakan strategi, karena kebanyakan orang dengan model-model ceramah yang monoton akan membuat pendengarnya merasa bosan dan apa pesan yang ingin disampaikan itu tidak dapat di serap, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal yang harus diketahui dari penceramah adalah pendengarnya itu anak-anak, remaja, dewasa, atau manula. Dengan mengetahui hal ini seorang penceramah mampu memilih tema ceramah yang disesuaikan dengan usia dan karakter dari setiap pendengar. Seorang pengajar Tom Barwood (2011: 25) menyimpulkan bahwa cara seseorang menerima materi yang diperoleh yaitu yang pertama mencatat bagaimana cara memasukkan informasi, kedua menyimpan bagaimana membuat informasi melekat, ketiga mengingat bagaimana memastikan bisa mengingat informasi ketika di butuhkan. Dari hal ini sudah jelas bahwa materi yang disampaikan perlu dicatat, disimpan, dan diingat. Apabila materi yang disampaikan saja sulit dipahami, membuat bosan dan mengantuk bagaimana bisa orang yang mendengarkan ini akan mencatat, menyimpan, dan mengingatnya. Mengajarkan Dhamma bukan hanya dengan berceramah saja, namun seorang penceramah sekreatif mungkin menyampaikan Dhamma itu dengan sederhana namun mengenai pokok pembahasannya.
Sang Buddha sendiri mengajarkan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membabarkan Dhamma. Dalam Anggutara Nikaya III, 184 bahwa pembabaran Dhamma hendaknya :
1.  Diterangkan selangkah demi selangkah, tidak meloncat-loncat atau menyingkat bagian-bagian sehingga akan mengurangi artinya.
2.  Diberikan alasan-alasan sehingga membuat pendengar atau pembaca mengerti.
3.  Didasari metta (cinta kasih), sehingga memiliki harapan semoga para pendengar atau pembaca dapat memetik faedah pembabaran Dhamma tersebut.
4.  Tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri.
5.  Tidak sambil memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain.
Dalam hal ini sudah sangat jelas bahwa membabarkan Dhamma itu harus menggunakan strategi dan memperhatikan hal-hal di atas agar pokok ajaran yang disampaikan itu mudah untuk diterima oleh pendengar atau pembaca. Setelah pendengar mengetahui inti dari ajaran-ajaran yang disampaikan itu diharapkan orang yang mendengarkan mendapatkan inspirasi dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembabaran Dhamma dihubungkan dengan teknologi informasi akan lebih mudah untuk mengakses informasi atau Dhamma yang disampaikan lebih menarik. Seorang penceramah harus mengetahui tentang teknologi informasi, karena zaman sekarang teknologi informasi itu sangat penting dan dibutuhkan. Apabila seorang seorang penceramah tidak mengkreasikan bahan ceramahnya dengan menggunakan teknologi informasi maka dapat dikatakan ceramahnya dalam bahasa kerennya garing. Maksudnya ceramahnya tidak enak untu didengar, monoton, membuat mengantuk. Sebaiknya ketika berceramah itu didukung dengan teknologi komunikasi misalnya dalam bentuk powerpoint, gambar-gambar, video, maupun menulis yang berhubungan dengan Dhamma dan di publikasikan di sosial media. Dalam kenyataannya ada sebagian penceramah menerapkan hal ini dan memberikan manfaat, ketika pendengar mendengarkan ceramah tidak mengantuk, justru lebih antusias dan rata-rata orang zaman sekarang sudah menggunakan sosial media sebagai sumber informasi sehingga sangat efektif apabila teknologi informasi digunakan sebagai media pembabaran Dhamma.

Penutup
Membabarkan Dhamma tidak hanya dengan ceramah, namun harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Apabila membabarkan Dhamma dengan berceramah saja akan membuat pendengar merasa bosan dan mengantuk sehingga apa yang disampaikan tidak dipahami atau mengerti oleh pendengar. Pemanfaatan teknologi informasi sebagai media pendukung pembabaran Dhamma sangat diperlukan untuk membantu proses pembabaran Dhamma. Penggunaanya meliputi powerpoint, gambar-gambar, video, maupun melalui sosial media. Hal ini cukup dikatakan efisien untuk mempermudah penyampain Dhamma.
Alangkah baiknya para penceramah yang belum menggunakan teknologi informasi sebagai media yang membantunya, segera mencari informasi mengenai teknologi informasi dan mempelajarinya. Setelah itu mempraktekkan membabarkan Dhamma teknologi informasi sebagai medianya. Pembabaran Dhamma yang tidak monoton berceramah saja sekarang yang lebih di senangi oleh masyarakat sekarang.
Daftar Pustaka
Barwood, Tom. 2011. Strategi Belajar. Erlangga: Jakarta
Kadir, Abdul dan Terra CH. Triwahyuni. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Penerbit Andi:Yogyakarta
Samaggi Phala ( Y.M. Uttamo Thera). Cara Menbabarkan Dhamma, diakses di http://www.buddhistonline.com/tanya/td154.shtml pada tanggal  18 November 2014

Minggu, 02 November 2014

Pendidikan Daerah: Pati Bagian Utara



Pendidikan merupakan penentu kepribadian, karakter, moral, dan majunya suatu bangsa. Proses pendidikan berawal dari belum bisa menjadi bisa, dari belum tahu menjadi tahu baik itu kearah positif maupun negatif. Hal ini ditunjukan dengan dari pendidikan anak kecil yang pada saat lahir tidak dapat bicara, berjalan dan tidak dapat melakukan aktivitas-aktivitas karena mereka mendapatkan pendidikan dari orang tua maka mereka dapat melakukan semuanya.
Pendidikan yang paling utama pembentukan karakter adalah pendidikan dari keluarga, namun pendidikan yang selanjutnya yang tidak kalah pentingnya bagi kehidupan adalah pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah adalah pendidikan yang mencakup berbagai bentuk pendidikan dari ilmu pengetahun, budi pekerti, spiritual, pembentukan karakter, keterampilan dan sebagainya. Pendidikan di sekolah tidak terlepas dari pola pendidikan, kurikulum pendidikan, sistem pendidikan, karena hal-hal inilah yang digunakan sebagai pedoman atau cara melakukan pembelajaran agar mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendidikan di perkotaan dan daerah menggunakan kurikulum yang sama yang diperlakukan nasional di negara Indonesia ini, namun pola pendidikan, metode pendidikan, dan sistem pendidikannya yang berbeda. Hal ini disebabkan tingkat pemahaman atau mengartikan apa yang dimaksudkan tujuan kurikulum yang diterapkan bagi suatu daerah itu berbeda-beda. Di daerah perkotaan lebih mudah mendapatkan informasi di bandingkan dengan daerah, sehingga mereka lebih memahami maksud dan tujuan kurikulum yang diperlakukan pada saat itu.
Pendidikan di daerah rata-rata dari golongan keluarga menengah kebawah, bahkan kebanyakan dari keluarga yang kurang mampu. Sehingga perkembangan pendidikan di daerah juga setinggi kemampuan perekonomian rata-rata masyarakat di daerah itu. Pendidikan di daerahpun hanya sebatas pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas yang jumlahnya masih relatif sedikit, perguruan tinggi pun ada namun kualitas pendidikannya pun tak sebagus dengan perguruan tinggi di kota.
Salah satu contoh pendidikan di daerah kabupaten Pati, provinsi Jawa Tengah, khususnya di daerah Pati bagian utara yang menjadi daerah pesisir dan pegunungan. Di Pati kota, pendidikannya sudah lebih maju dan berkembang ketimbang di daerah bagian utara, karena sudah banyak terdapat sekolah unggulan, lulusannya banyak yang diterima di perguruan tinggi yang bagus, dan siswanya pun banyak yang dari luar daerah Pati. Banyak pula perguruan tinggi dari berbagai jenis pendidikan seperti kesehatan, TIK, dan agama.
Pendidikan di daerah Pati bagian utara masih mengikuti pola pendidikan, metode pendidikan, serta sistem pendidikan yang terdahulu walaupun sudah ada kurikulum baru. Rata-rata guru di daerah ini adalah guru-guru yang sudah tua yang melakukan pembelajaran mash seperti zamannya dulu dan tidak dapat mengikuti perkembangan zaman. Mereka mengajar dengan sistem mencatat buku sampai habis, atau menjelaskan materi sambil dibacakan dari buku. Cara ini menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan karena kurangnya penjelasan yang mendetail terhadap apa maksud materi yang di sampaikan. Masih ada guru yang galak dan disiplin adalah guru yang paling ditakuti oleh siswa.
Pembagian jurusan terkadang juga tidak sesuai dengan kemampuan siswa, waktu tes IQ cocoknya di IPS, namun pada saat penjurusan dimasukkan ke IPA. Pembagian kelas pun tidak sama rata, khusus anak-anak yang pintar di jadikan satu kelas, misalnya kelas A dan B, kemudian kelas selanjutnya biasa-biasa saja. Hal ini menyebabkan kesenjangan hasil belajar, anak-anak yang pintar akan semakin pintar dan anak-anak yang biasa tidak akan pernah berkembang. Anak-anak yang pintar akan menjadi sorotan karena prestasinya bagi guru-guru dan setiap kegiatan akan mengandalkan merekan, dan anak-anak yang biasa saja menjadi sorotan kenakalannya dan guru tidak memberikan kesempatan mereka untuk melakukan kegiatan misalnya perlombaan. Dengan pemilihan sepihak inilah yang akan mengkerdilkan kemampuan anak-anak yang biasa saja.
Kemajuan sekolah di daerah ini juga ditentukan oleh peraturan atau kebijakan dari pihak sekolah itu sendiri. Pihak guru maupun kepala sekolah memiliki kekuasaan yang paling tinggi, dan para siswa harus menuruti apa saja aturan yang ditetapkan pihak sekolah dan siswa tidak dapat menyampaikan aspirasi mereka. Di sisi lain kepala sekolah yang menjadi pimpinan tertinggi di sekolah itu menjadi contoh atau panutan bagi perkembangan dan kemajuan sekolah tersebut. Salah satu contohnya di salah satu SMA negeri memiliki kepala sekolah yang sangat disiplin, rapi, peduli dengan lingkungan, dan mampu memberikan contoh terhadap yang lain, sekolah itu menjadi maju dan setiap ada perlombaan mendapatkan yang terbaik. Pada saat pergantian kepala sekolah, kepala sekolahnya ini tidak dapat memberikan contoh yang baik, sekolah ini semakin menurun kualitasnya.
Telah diketahui bahwa pendidikan di Indonesia ini diatur dengan kurikulum yang diperlakukan secara nasional. Dari contoh pendidikan di daerah dan di kota jelas memiliki kualitas pendidikan yang berbeda, karena pemahaman tentang maksud kurikulum itu berbeda. Di daerah pola, metode,dan sistem pembelajaran masih sangat sederhana di bandingkan dengan di kota yang lebih maju, namun standar pendidikannya diseragamkan. Informasi-informasi juga lebih gampang didapat di kota daripada daerah karena terhambat oleh kondisi jarak dengan pusat informan serta kurangnya sosialisasi di daerah. Hal ini menimbulkan kesenjangan pendidikan, yang di kota menjadi semakin baik, dan di daerah semakin buruk.
Semua sekolah pasti menginginkan sekolahnya menjadi sekolah yang baik, sekolah yang maju dan sekolah yang menghasilkan siswa-siswa yang pintar. Namun mereka memiliki kendala kurangnya pengalaman dan pemahaman mereka terhadap pola, metode, dan sistem pendidikan seperti apa yang membuat keberhasilan suatu pendidikan. Pihak sekolah dapat mengakalinya dengan cara yang curang, misalnya pada saat ujian nasional memberikan bocoran jawaban kepada siswanya agar semua siswa dapat mengerjakan dan lulus semua. Apabila siswanya banyak yang tidak lulus maka akan menurunkan nilai jual bagi sekolah tersebut, serta menunjukan bahwa pendidikan di daerah pun bisa berhasil seperti apa yang ada di kota.
Dari permasalahan berawal dari kurikulum yang di berlakukan di seluruh wilayah Indonesia, padahal setiap daerah ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Dengan pemaksaan seperti ini akan menyebabkan kecurangan-kecurangan yang menimbulkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Saran yang dapat di sampaikan adalah seharusnya setiap daerah memiliki kurikulum yang berbeda yang disesuaikan dengan daerahnya masing-masing namun masih menggunakan pedoman acuan yang ditetapkan secara nasional. Dengan bertujuan untuk menyetarakan pendidikan di Indonesia agar tidak terjadi kesenjangan.

Jumat, 31 Oktober 2014

Resensi Novel "First Love Forever Love"




TIDAK HANYA MATA, CINTAPUN BUTA

Judul                                       : First Love Forever Love
Penulis                                     : Shu Yi
Cetakan /Waktu Terbit            : VII/Agustus 2011
Nama Penerbit                        : Serambi Ilmu Semesta
Jumlah Halaman                      : 550 halaman

Novel yang berjudul “ First Love Forever Love “ meupakan hasil karangan seorang penulis dari Hongkong bernama Shu Yi. Shu Yi lahir di Shanghai pada tahun 1946, dan sekarang beliau tinggal di kota Ningbo, Zhejiang. Shu yi merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Beliau memiliki nama kesayangan A-mei dan selain itu kedua adiknya memanggilnya dengan sebutan “ Xiao Mei Tao”. Shu Yi pindah dari Shanghai ke Hongkong dengan adiknya pada saat beliau berusia lima tahun. Setelah lulus dari Kiangsu dan Chekiang TK dan Nursery, Shu Yi belajar di Sir Ellis Kadoorie (Sookunpo) Sekolah Dasar, dan kemudian melanjutkan di Tung Sekolah Teknik Ho untuk perempuan ( kemudian dikenal sebagai Hotung Sekolah Menengah). Pada tahun 1964, Shu Yi telah menyelesaikan studi di sekolah menengahnya, dan kepala sekolah memberikan komentar bahwa Shu Yi adalah anak yang agak rajin, sensitif, emosional. Akibatnya ibunya mengganti namanya dengan nama Ni Rong yang secara harafiah memiliki arti “untuk mentolelir” dengan harapan Shu Yi menjadi lebih tenang dan murah hati. Karirnya dalam menulisnya adalah pada saat usia 17 tahun setelah lulus sekolah menengahnya dia menjadi jurnalis dan menulis karyanya berjudul “ Ming Pao”. Ketika berusia 27 tahun, dia pergi ke Manchester untuk mempelajari Hotel Management. Dia telah bekerja di staff Departemen pengawas sebuah hotel di Taiwan (1977), manager di Furama Hotel di central Hongkong ( 1978), seorang pejabat tinggi dari Departemen Layanan Informasi di Hongkong, penulis skenario. Sekarang Shu Yi telah bermigrasi ke Kanada, melanjutnya karier tulisannya. Novelnya terutama novel roman diatur dalam zaman modern Hongkong, dan dia juga seorang penulis esai.

Jika saat itu aku punya keberanian,
Cinta kita pasti takkan berakhir seperti ini,
Jika saat itu kamu gigih, kisah kita
pasti tak akan menjadi begini.

Cinta pertama telah menorehkan luka di hatiku.
Menyisakan malam-malam penuh derai air mata,
 Mengingatkanku selalu kepada, pada cinta kita...

Kita sering tak mengerti apakah yang dinamakan cinta
Dulu aku selalu berpikir cinta bisa melampaui segalanya
Saat itu aku tak tahu ternyata ada kekuatan lain yang disebut takdir
Kita tak bisa melakukan apapun untuk mengubahnya dan hanya bisa
menerimanya..

Dalam novel ini menceritakan perjalanan cinta pertama seorang gadis China bernama Zhao Mei. Zhao Mei melanjutkan kuliahnya di Ukraina tepatnya di Odessa. Zhao Mei adalah seorang mahasiswi Sekolah Musik negeri Odessa. Di Odessa Zhao Mei tinggal besama temannya bernama Peng Weiwei. Zhao Mei berkenalan dengan seorang polisi Ukraina bernama Andrei berawal dari visa Zhao Mei yang hampir habis masa berlakunya. Peng Weiwei membantu Zhao Mei memperpanjang visanya lewat kekasihnya bernama Sun Jiayu. Ini adalah awal perkenalan antara Zhao Mei dengan Sun Jiayu. Banyak masalah yang muncul antara Peng Wewei dengan Sun Jiayu yang memyebabkan mereka putus. Zhao Mei dan Sun Jiayu mulai dekat, mereka berdua saling bertemu dan saling suka, namun mereka tidak pernah mengungkapkan perasaan masing-masing. Sun Jiayu adalah seorang kriminal penyelundupan barang-barang yang masuk Ukraina. Zhao Mei belajar piano dengan teman Sun Jiayu bernama Nina. Bahagia, menderita tangis, tawa terus dilalui oleh Zhao Mei dan Sun Jiayu. Zhao Mei dulu adalah seorang gadis yang polos, semenjak bertemu dan dekat denga Sun Jiayu dia berubah menjadi gadis yang berbeda dengan sifat yang dulu. Sun Jiayu melarang Zhao Mei bertemu dengan Andrei karena Sun Jiayu adalah seorang buronan. Sun Jiayu mengalami kecelakaan dan meminta Zhao Mei tinggal bersamanya, in membuat persahabatan Zhao Mei dan Peng Weiwei menjadi tidak baik.
Ibu Zhao Mei menderita sakit gagal ginjal dan Zhao Mei harus kembali ke China. Pada saat berada di China Zhao Mei dibantu oleh sahabat Sun Jiayu bernama Cheng Ruimin. Pada saat berada di China, Zhao Mei mendapat kabar Peng Weiwei telah meninggal karena bunuh diri. Setelah sekembalinya ke Ukraina, keadaan semakin buruk, banyak masalah yang terjadi pada Sun Jiayu. Sun Jiayu mendapat ancaman dari musuh dan ditangkap polisi Ukraina karena telah terbukti melakukan kriminal pembunuhan dan penyelunduppan barang-barang ilegal. Inilah masa hancurnya Sun Jiayu, namun Zhao Mei tetap ada buat Sun Jiayu dan berusaha mengeluarkan Sun Jiayu dari dalam penjara. Pada saatdi penjara Sun Jiayu sedang menderita sakit dan semua orang tidak diperbolehkan untuk bertemu dengannya.
Keputus asaan Zhao Mei mulai muncul,  dan dia beranggapan bahwa Ukraina adalah bukan tempat yang cocok untuknya. Zhao Mei memutuskan kembali ke negara asalnya.  Zhao Mei melanjutkan studinya  di Akademi Musik Vienna. Pada suatu saat Zhao Mei menemukan sebuah pengumuman bahwa dirinya dicari oleh seseorang, dan apabila menemukan yang bersangkutan untuk segera menghubungi Cheng Ruimin. Dan ternyata Sun Jiayu telah meninggal karena penyakit kanker lambung. Zhao Mei selamanya tida pernah bertemu kembali dengan Sun Jiayu, dan cinta pertama Zhao Mei harus berakhir dengan kisah yang menyedihkan.
Kekurangan dan kelebihan Novel “ First Love Forever Love”
Segala bentuk karangan sastra, buku, dan lain sebagainya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari kelebihan dan kekurangan akan menimbulkan kritik bagi pembacanya. Kritikan ini  akan menjadikan suatu karangan, buku, dan lainnya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
Dari segi fisik novel ini memiliki kelebihan covernya menarik dengan tulisan judul huruf timbul dan dalam cover ada sesosok perempuan yang cantik, pantai, dan pepohonan. Huruf yang digunakan sudah cukup jelas untuk di baca, dengan jenis huruf dan ukuran yang standart. Kekurangan dari novel ini adalah jenis kertasnya menggunakan kertas buram sehingga mudah sobek dan gampang lecek. Penulisan nomor halaman pun tidak menggunakan ketikan melainkan tulisan tangan yang menghasilkan kurangnya keserasian antara isi novel dengan halaman nomor.
Isi dari novel ini sangat menarik, banyak kisah-kisah yang menegangkan dalam ceritanya misalnya pada saat Sun Jiayu dan Zhao Mei terjebak dalam hutan yang pada saat itu terjadi badai salju dan mereka hampir mati. Cerita novel ini juga memberikan manfaat bagi pembacanya bahwa sebagai pasangan kita harus setia terhadapnya, apapun yang terjadi pada pasangan kita dan saling membantu. Dalam kisahnya Zhao Mei tetap berusaha membantu  Sun Jiayu pada saat keterpurukannya, Zhao Mei tidak meninggalkan Sun Jiayu. Bahasanya mudah dipahami, dan dengan alur maju yang memudahkan pembaca untuk mengerti maksud dari isi ceritanya. Pengarang sangat berpengalaman sekali pada kisah-kisah cinta yang romantis, karena dalam isi cerita banyak nuansa humoris, sedih, dan bahagia, pengemasannya pun sangat bagus. Pada akhir ceritanya kurang menarik karena kisahnya lansung putus ditengah jalan, tanpa ada lanjutan cerita yang merujuk ke akhir cerita. Dalam ceritanya setelah kembali Zhao Mei ke China tidak ada cerita apa yang dilakukan Zhao mei, dan selanjutnya kisah Sun Jiayutidak di ceritakan. Ceritanya langsung ditutup dengan pengumuman yang mencari Zhao Mei dan Sun Jiayu telah meninggal.
Novel ini walaupun ada kekurangannya, namun banyak kelebihanya dan merupakan novel terlaris hingga mengalami tujuh kali percetakan. Novel indah ini yang berkisah tentang cinta pertama yang romantisini dipersembahkan kepada mereka yang meyakini kekuatan cinta. Orang-orang yang memiliki cinta, belum bisa memahami kekuatan cinta sebelum membaca novel ini. Kisah cinta pertama yang abadi untuk selamanya.


Selasa, 07 Oktober 2014

Review Artikel "Media Sebagai Panglima"



Artikel yang berjudul “Media Sebagai Panglima” merupakan hasil pidato seorang penulis yang bernama Seno Gumira Ajidarma yang dipidatokan pada acara pesta media dengan tema “ Tetap Independen, Tidak Partisan “ di Galeri Nasional Jakarta. Artikel ini ditulis oleh beliau di Kebon Jeruk, pada hari Selasa, 4 Juli 2014.
Tujuan penulisan artikel ini adalah mengkritisi media-media yang sekarang. Media sekarang tidak lagi bersifat netral, melainkan media digunakan sebagai alat untuk kepentingan suatu kelompok tertentu. Media sekarang menyajikan berita tidak sesuai dengan fakta permasalahan yang ada. Media memanipulasi berita sedemikian rupa, sehingga informasi yang disampaikan ke publik dapat merugikan pihak-pihak tertentu dan juga menguntungkan pihak-pihak tertentu tergantung kepentingnya masing. Sebagai sumber informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat media harus independen tanpa adanya kelompok-kelompok tertentu yang menumpanginya, sehingga media berfungsi sebagaimana adanya.
Fakta unik yang terkandung dalam artikel ini yaitu para wartawan masih terjebak mitos, bahwa suatu berita mestinya bisa netral; berita hanya terakali dan termanfaatkan sebagai corong propaganda kaum politisi yang licin, promosi gratisan para cukong, khotbah nabi-nabi gadungan, kilah aparatur negara, dan pembenaran diri golongan militer negara yang mentalitasnya setara preman; para wartawan bukanlah wartawan, melainkan sekadar instrumen media yang bekerja seperti robot, menjadi mesin bahasa canggih bagi kegagapan para pemikir medioker, dan ujung-jungnya ternyata bahkan memberi sumbangan besar atas ke-serba-sesat-an pemberitaan.
Dari berbagai unik yang saya temukan dalam artikel ini, sudah jelas bahwa media sekarang tidak lagi netral, media hanya sebagai wadah untuk mendapatkan keuntungan kelompok-kelompok tertentu. Wartawan hanya sebagai sarana pencari informasi. Informasi itu dikemas sedemikian rupa sehingga informasi yang disampaikan itu kelihatan sebagai fakta yang ada. Padahal berita itu sudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan dari penguasa media.
Masyarakat sekarang sudah lebih pandai memilah manakah media yang benar-benar berita sesungguhnya atau berita manipulasi. Sebab sangat jelas kelihatan bahwa media yang satu dengan yang lain memberikan informasi yang berbeda-beda terhadap topik permasalahan yang sama. Dengan hal semacam ini, apakah masyarakat sekarang masih percaya dengan media?
Media memang penyalur informasi kepada masyarakat luas, tanpa adanya media kita semua tidak tahu kejadian maupun informasi tertentu, karena informasi merupakan suatu pengetahuan baru. Namun, dengan media yang sekarang tidak netral membuat kurangnya kepercayaan dari masyarakat terhadap media. Informasi yang diberitakan oleh media alangkah baiknya tidak diserap begitu saja, melainkan di saring dan dipilah sesuai dengan faktanya agar kita tidak terjebak terhadap informasi yang salah. Sekarang lebih banyak media swasta yang berkembang dan media inilah yang kurang netral terhadap pemberitaan, karena ditumpangi oleh kepentingan pemilik media itu.