Jumat, 31 Oktober 2014

Resensi Novel "First Love Forever Love"




TIDAK HANYA MATA, CINTAPUN BUTA

Judul                                       : First Love Forever Love
Penulis                                     : Shu Yi
Cetakan /Waktu Terbit            : VII/Agustus 2011
Nama Penerbit                        : Serambi Ilmu Semesta
Jumlah Halaman                      : 550 halaman

Novel yang berjudul “ First Love Forever Love “ meupakan hasil karangan seorang penulis dari Hongkong bernama Shu Yi. Shu Yi lahir di Shanghai pada tahun 1946, dan sekarang beliau tinggal di kota Ningbo, Zhejiang. Shu yi merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Beliau memiliki nama kesayangan A-mei dan selain itu kedua adiknya memanggilnya dengan sebutan “ Xiao Mei Tao”. Shu Yi pindah dari Shanghai ke Hongkong dengan adiknya pada saat beliau berusia lima tahun. Setelah lulus dari Kiangsu dan Chekiang TK dan Nursery, Shu Yi belajar di Sir Ellis Kadoorie (Sookunpo) Sekolah Dasar, dan kemudian melanjutkan di Tung Sekolah Teknik Ho untuk perempuan ( kemudian dikenal sebagai Hotung Sekolah Menengah). Pada tahun 1964, Shu Yi telah menyelesaikan studi di sekolah menengahnya, dan kepala sekolah memberikan komentar bahwa Shu Yi adalah anak yang agak rajin, sensitif, emosional. Akibatnya ibunya mengganti namanya dengan nama Ni Rong yang secara harafiah memiliki arti “untuk mentolelir” dengan harapan Shu Yi menjadi lebih tenang dan murah hati. Karirnya dalam menulisnya adalah pada saat usia 17 tahun setelah lulus sekolah menengahnya dia menjadi jurnalis dan menulis karyanya berjudul “ Ming Pao”. Ketika berusia 27 tahun, dia pergi ke Manchester untuk mempelajari Hotel Management. Dia telah bekerja di staff Departemen pengawas sebuah hotel di Taiwan (1977), manager di Furama Hotel di central Hongkong ( 1978), seorang pejabat tinggi dari Departemen Layanan Informasi di Hongkong, penulis skenario. Sekarang Shu Yi telah bermigrasi ke Kanada, melanjutnya karier tulisannya. Novelnya terutama novel roman diatur dalam zaman modern Hongkong, dan dia juga seorang penulis esai.

Jika saat itu aku punya keberanian,
Cinta kita pasti takkan berakhir seperti ini,
Jika saat itu kamu gigih, kisah kita
pasti tak akan menjadi begini.

Cinta pertama telah menorehkan luka di hatiku.
Menyisakan malam-malam penuh derai air mata,
 Mengingatkanku selalu kepada, pada cinta kita...

Kita sering tak mengerti apakah yang dinamakan cinta
Dulu aku selalu berpikir cinta bisa melampaui segalanya
Saat itu aku tak tahu ternyata ada kekuatan lain yang disebut takdir
Kita tak bisa melakukan apapun untuk mengubahnya dan hanya bisa
menerimanya..

Dalam novel ini menceritakan perjalanan cinta pertama seorang gadis China bernama Zhao Mei. Zhao Mei melanjutkan kuliahnya di Ukraina tepatnya di Odessa. Zhao Mei adalah seorang mahasiswi Sekolah Musik negeri Odessa. Di Odessa Zhao Mei tinggal besama temannya bernama Peng Weiwei. Zhao Mei berkenalan dengan seorang polisi Ukraina bernama Andrei berawal dari visa Zhao Mei yang hampir habis masa berlakunya. Peng Weiwei membantu Zhao Mei memperpanjang visanya lewat kekasihnya bernama Sun Jiayu. Ini adalah awal perkenalan antara Zhao Mei dengan Sun Jiayu. Banyak masalah yang muncul antara Peng Wewei dengan Sun Jiayu yang memyebabkan mereka putus. Zhao Mei dan Sun Jiayu mulai dekat, mereka berdua saling bertemu dan saling suka, namun mereka tidak pernah mengungkapkan perasaan masing-masing. Sun Jiayu adalah seorang kriminal penyelundupan barang-barang yang masuk Ukraina. Zhao Mei belajar piano dengan teman Sun Jiayu bernama Nina. Bahagia, menderita tangis, tawa terus dilalui oleh Zhao Mei dan Sun Jiayu. Zhao Mei dulu adalah seorang gadis yang polos, semenjak bertemu dan dekat denga Sun Jiayu dia berubah menjadi gadis yang berbeda dengan sifat yang dulu. Sun Jiayu melarang Zhao Mei bertemu dengan Andrei karena Sun Jiayu adalah seorang buronan. Sun Jiayu mengalami kecelakaan dan meminta Zhao Mei tinggal bersamanya, in membuat persahabatan Zhao Mei dan Peng Weiwei menjadi tidak baik.
Ibu Zhao Mei menderita sakit gagal ginjal dan Zhao Mei harus kembali ke China. Pada saat berada di China Zhao Mei dibantu oleh sahabat Sun Jiayu bernama Cheng Ruimin. Pada saat berada di China, Zhao Mei mendapat kabar Peng Weiwei telah meninggal karena bunuh diri. Setelah sekembalinya ke Ukraina, keadaan semakin buruk, banyak masalah yang terjadi pada Sun Jiayu. Sun Jiayu mendapat ancaman dari musuh dan ditangkap polisi Ukraina karena telah terbukti melakukan kriminal pembunuhan dan penyelunduppan barang-barang ilegal. Inilah masa hancurnya Sun Jiayu, namun Zhao Mei tetap ada buat Sun Jiayu dan berusaha mengeluarkan Sun Jiayu dari dalam penjara. Pada saatdi penjara Sun Jiayu sedang menderita sakit dan semua orang tidak diperbolehkan untuk bertemu dengannya.
Keputus asaan Zhao Mei mulai muncul,  dan dia beranggapan bahwa Ukraina adalah bukan tempat yang cocok untuknya. Zhao Mei memutuskan kembali ke negara asalnya.  Zhao Mei melanjutkan studinya  di Akademi Musik Vienna. Pada suatu saat Zhao Mei menemukan sebuah pengumuman bahwa dirinya dicari oleh seseorang, dan apabila menemukan yang bersangkutan untuk segera menghubungi Cheng Ruimin. Dan ternyata Sun Jiayu telah meninggal karena penyakit kanker lambung. Zhao Mei selamanya tida pernah bertemu kembali dengan Sun Jiayu, dan cinta pertama Zhao Mei harus berakhir dengan kisah yang menyedihkan.
Kekurangan dan kelebihan Novel “ First Love Forever Love”
Segala bentuk karangan sastra, buku, dan lain sebagainya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari kelebihan dan kekurangan akan menimbulkan kritik bagi pembacanya. Kritikan ini  akan menjadikan suatu karangan, buku, dan lainnya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
Dari segi fisik novel ini memiliki kelebihan covernya menarik dengan tulisan judul huruf timbul dan dalam cover ada sesosok perempuan yang cantik, pantai, dan pepohonan. Huruf yang digunakan sudah cukup jelas untuk di baca, dengan jenis huruf dan ukuran yang standart. Kekurangan dari novel ini adalah jenis kertasnya menggunakan kertas buram sehingga mudah sobek dan gampang lecek. Penulisan nomor halaman pun tidak menggunakan ketikan melainkan tulisan tangan yang menghasilkan kurangnya keserasian antara isi novel dengan halaman nomor.
Isi dari novel ini sangat menarik, banyak kisah-kisah yang menegangkan dalam ceritanya misalnya pada saat Sun Jiayu dan Zhao Mei terjebak dalam hutan yang pada saat itu terjadi badai salju dan mereka hampir mati. Cerita novel ini juga memberikan manfaat bagi pembacanya bahwa sebagai pasangan kita harus setia terhadapnya, apapun yang terjadi pada pasangan kita dan saling membantu. Dalam kisahnya Zhao Mei tetap berusaha membantu  Sun Jiayu pada saat keterpurukannya, Zhao Mei tidak meninggalkan Sun Jiayu. Bahasanya mudah dipahami, dan dengan alur maju yang memudahkan pembaca untuk mengerti maksud dari isi ceritanya. Pengarang sangat berpengalaman sekali pada kisah-kisah cinta yang romantis, karena dalam isi cerita banyak nuansa humoris, sedih, dan bahagia, pengemasannya pun sangat bagus. Pada akhir ceritanya kurang menarik karena kisahnya lansung putus ditengah jalan, tanpa ada lanjutan cerita yang merujuk ke akhir cerita. Dalam ceritanya setelah kembali Zhao Mei ke China tidak ada cerita apa yang dilakukan Zhao mei, dan selanjutnya kisah Sun Jiayutidak di ceritakan. Ceritanya langsung ditutup dengan pengumuman yang mencari Zhao Mei dan Sun Jiayu telah meninggal.
Novel ini walaupun ada kekurangannya, namun banyak kelebihanya dan merupakan novel terlaris hingga mengalami tujuh kali percetakan. Novel indah ini yang berkisah tentang cinta pertama yang romantisini dipersembahkan kepada mereka yang meyakini kekuatan cinta. Orang-orang yang memiliki cinta, belum bisa memahami kekuatan cinta sebelum membaca novel ini. Kisah cinta pertama yang abadi untuk selamanya.


Selasa, 07 Oktober 2014

Review Artikel "Media Sebagai Panglima"



Artikel yang berjudul “Media Sebagai Panglima” merupakan hasil pidato seorang penulis yang bernama Seno Gumira Ajidarma yang dipidatokan pada acara pesta media dengan tema “ Tetap Independen, Tidak Partisan “ di Galeri Nasional Jakarta. Artikel ini ditulis oleh beliau di Kebon Jeruk, pada hari Selasa, 4 Juli 2014.
Tujuan penulisan artikel ini adalah mengkritisi media-media yang sekarang. Media sekarang tidak lagi bersifat netral, melainkan media digunakan sebagai alat untuk kepentingan suatu kelompok tertentu. Media sekarang menyajikan berita tidak sesuai dengan fakta permasalahan yang ada. Media memanipulasi berita sedemikian rupa, sehingga informasi yang disampaikan ke publik dapat merugikan pihak-pihak tertentu dan juga menguntungkan pihak-pihak tertentu tergantung kepentingnya masing. Sebagai sumber informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat media harus independen tanpa adanya kelompok-kelompok tertentu yang menumpanginya, sehingga media berfungsi sebagaimana adanya.
Fakta unik yang terkandung dalam artikel ini yaitu para wartawan masih terjebak mitos, bahwa suatu berita mestinya bisa netral; berita hanya terakali dan termanfaatkan sebagai corong propaganda kaum politisi yang licin, promosi gratisan para cukong, khotbah nabi-nabi gadungan, kilah aparatur negara, dan pembenaran diri golongan militer negara yang mentalitasnya setara preman; para wartawan bukanlah wartawan, melainkan sekadar instrumen media yang bekerja seperti robot, menjadi mesin bahasa canggih bagi kegagapan para pemikir medioker, dan ujung-jungnya ternyata bahkan memberi sumbangan besar atas ke-serba-sesat-an pemberitaan.
Dari berbagai unik yang saya temukan dalam artikel ini, sudah jelas bahwa media sekarang tidak lagi netral, media hanya sebagai wadah untuk mendapatkan keuntungan kelompok-kelompok tertentu. Wartawan hanya sebagai sarana pencari informasi. Informasi itu dikemas sedemikian rupa sehingga informasi yang disampaikan itu kelihatan sebagai fakta yang ada. Padahal berita itu sudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan dari penguasa media.
Masyarakat sekarang sudah lebih pandai memilah manakah media yang benar-benar berita sesungguhnya atau berita manipulasi. Sebab sangat jelas kelihatan bahwa media yang satu dengan yang lain memberikan informasi yang berbeda-beda terhadap topik permasalahan yang sama. Dengan hal semacam ini, apakah masyarakat sekarang masih percaya dengan media?
Media memang penyalur informasi kepada masyarakat luas, tanpa adanya media kita semua tidak tahu kejadian maupun informasi tertentu, karena informasi merupakan suatu pengetahuan baru. Namun, dengan media yang sekarang tidak netral membuat kurangnya kepercayaan dari masyarakat terhadap media. Informasi yang diberitakan oleh media alangkah baiknya tidak diserap begitu saja, melainkan di saring dan dipilah sesuai dengan faktanya agar kita tidak terjebak terhadap informasi yang salah. Sekarang lebih banyak media swasta yang berkembang dan media inilah yang kurang netral terhadap pemberitaan, karena ditumpangi oleh kepentingan pemilik media itu.